Recent Work 6

#KaburAjaDulu: Curhatan Kolektif Generasi Muda di Media Sosial X

Fenomena #KaburAjaDulu yang ramai di media sosial X ternyata bukan hanya candaan generasi muda. Tim GenKaburAjaDulu menemukan bahwa di balik tagar ini terdapat curhatan kolektif Generasi Z terhadap sistem sosial yang dirasa tidak adil dan penuh ketidakpastian. Banyak generasi muda yang merasa kerja kerasnya tidak diakui, kesempatan karir yang terbatas, dan ruang aktualisasi yang sempit sehingga muncul keinginan untuk “kabur”. Menurut teori Dramatisme oleh Kenneth Burke tahun 1969, tindakan “kabur” dimaknai sebagai tindakan simbolik yang digunakan generasi muda untuk menyampaikan kekecewaan terhadap situasi sosial tanpa harus memberontak secara langsung. Media sosial X berperan sebagai ruang bagi generasi muda untuk dapat mengekspresikan keresahan yang sulit mereka sampaikan di dunia nyata. Di balik tagar #KaburAjaDulu, generasi Z merasakan solidaritas emosional bahwa mereka tidak menghadapi situasi ini sendirian, Tren #KaburAjaDulu tidak hanya menjadi wadah untuk mencurahkan kegelisahan, tetapi juga menjadi penanda bahwa generasi muda memiliki kesadaran kritis terhadap kondisi sosial yang terjadi. Banyak kritikan yang disampaikan generasi muda terkait sistem kerja, pendidikan, hingga kebijakan publik yang menunjukkan keinginan untuk perubahan yang adil. Dengan demikian, tagar ini bukan sekadar lelucon viral, tetapi mencerminkan dinamika sosial generasi muda yang sedang mencari jalan untuk didengar, dimengerti, dan diberi ruang lebih besar untuk berkembang.

Recent Work 7

Fakta atau Mitos: Apakah Lulusan Terbaik Pasti Mendapatkan Pekerjaan Terbaik di Indonesia

Pernyataan bahwa lulusan terbaik pasti mendapatkan pekerjaan terbaik di Indonesia telah menjadi mitos yang bertentangan dengan realita yang dirasakan oleh Generasi Z. Mirayanti et al. (2025) menegaskan bahwa salah satu kekecewaan terbesar yang memicu keinginan migrasi adalah lemahnya meritokrasi dan kurangnya transparansi dalam sistem rekrutmen kerja. Gen Z merasa kerja keras dan prestasi akademik seringkali tidak diakui di tengah praktik nepotisme yang masih marak. Hal ini memicu Generasi Z untuk mencari peluang di negara lain yang dianggap lebih adil dan menghargai kompetensi. Faktanya, yang dicari oleh lulusan terbaik ini bukan hanya sekadar pekerjaan, melainkan apresiasi profesi yang layak dan sistem yang transparan. Mereka membandingkan kondisi di dalam negeri dengan di luar negeri, di mana kompensasi gaji sepadan dengan usaha dan keterampilan, serta lingkungan kerja yang profesional. Tagar #KaburAjaDulu merupakan cerminan dari kegagalan sistem untuk menghargai talenta terbaiknya dan jika terus dibiarkan potensi hilangnya lulusan terbaik di Indonesia akan terus meningkat yang menyebabkan brain drain.

Recent Work 8

Bukan Mau Kabur, Tapi Mau Dihargai: Apa yang Dicari Generasi Z di Luar Negeri?

Keinginan generasi Z untuk pergi ke luar negeri seringkali disalahartikan sebagai tindakan “kabur” yang tidak cinta tanah air. Padahal, tim GenKaburAjaDulu menemukan bahwa motivasi utama mereka bukanlah meninggalkan Indonesia, tetapi mencari lingkungan yang lebih menghargai usaha dan kompetensi secara adil. Banyak informan yang menyampaikan bahwa mereka ingin bekerja di tempat yang memiliki sistem meritokrasi yang jelas, penghargaan profesi yang setara, dan peluang pengembangan karier yang terbuka. Selain keadilan dalam dunia kerja, generasi Z juga mencari kepastian hidup dan kesempatan berkembang. Faktor-faktor seperti stabilitas politik, perlindungan hak pekerja, serta kesempatan belajar di luar negeri menjadi alasan mereka mempertimbangkan migrasi sebagai strategi pengembangan diri. Dengan demikian, fenomena #KaburAjaDUlu menjadi sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, bukan sekadar tempat pelarian.

Recent Work 9

Paspor Lemah dan Biaya Mahal: Mengapa Tidak Semua Gen Z Bisa Mewujudkan Migrasi?

Meskipun pembicaraan “kabur” semakin ramai di media sosial, namun realitanya tidak semua generasi Z dapat mewujudkan migrasi ke negara impian mereka. Salah satu hambatan utama adalah kekuatan paspor Indonesia yang masih tergolong lemah, sehingga akses bebas visa ke negara-negara maju masih terbatas. Ditambah dengan proses perizinan tinggal ataupun perizinan kerja yang ketat, sehingga wacana “kabur” generasi Z seringkali hanya terhenti di media sosial. Selain masalah birokrasi, biaya yang mahal menjadi kesulitan untuk mewujudkan keinginan pergi ke luar negeri. Biaya ini tidak hanya untuk keperluan tiket pesawat dan visa, tetapi biaya hidup juga yang harus dipersiapkan di negara tujuan. Tingginya standar biaya hidup di negara-negara populer membuat keinginan “kabur” lebih banyak berhenti sebagai wacana daripada menjadi rencana yang nyata. Kondisi ini menunjukkan bahwa keinginan bermigrasi bukan hanya motivasi diri tetapi juga ketimpangan akses terhadap kesempatan global.

Recent Work 10

5 Kebijakan Wajib Ada Agar Gen Z Tidak Pindah Negara

Tren #KaburAjaDulu mencerminkan krisis kepercayaan publik terhadap sistem sosial, ekonomi dan politik nasional yang belum sepenuhnya memberi ruang bagi generasi muda untuk berkembang. Untuk merespons hal tersebut, perlu adanya kebijakan yang dapat mengelola potensi brain drain agar berubah menjadi brain gain. Pertama, peningkatan gaji dan insentif layak menjadi fondasi utama agar tenaga muda terampil tidak kehilangan motivasi dan tetap merasa dihargai. Ketimpangan upah antarnegara ini terbukti menjadi faktor pendorong utama migrasi generasi muda. Kedua, perluasan lapangan kerja berbasis talenta muda dapat dilakukan dengan memperkuat wirausaha, inovasi digital, serta sistem job matching. Ketiga, reformasi pendidikan harus memastikan kesesuaian antara kurikulum dan kebutuhan industri. Keempat, reformasi regulasi dan praktik anti-KKN perlu dilakukan untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap sistem birokrasi dan rekrutmen nasional. Kelima, penguatan kolaborasi diaspora perlu diperkuat agar para talenta yang berada di luar negeri tetap bisa berkontribusi untuk Indonesia.

© 2025 GenKaburAjaDulu - All Rights Served