Judul Riset

Kenapa Kabur Aja Dulu

Our Findings

Tujuan 1 : Persepsi Generasi Z terhadap Tren #KaburAjaDulu

Sebagai upaya untuk menjawab tujuan pertama, tim kami melakukan analisis sentimen dan analisis konten terhadap 14.979 unggahan bertagar #KaburAjaDulu di platform media sosial X. Data dikumpulkan melalui proses scraping dengan dukungan model IndoBERTweet, kemudian dipadukan dengan kerangka dramatistic pentad dari Kenneth Burke untuk menafsirkan makna simbolik di balik narasi yang muncul.

Kenapa Kabur Aja Dulu
Hasil Riset Tujuan 1 : Analisis Sentimen

Hasil analisis menunjukkan bahwa sentimen negatif meningkat dari 42,4% menjadi 52,8% setelah tagar ini viral pada Januari 2025. Unggahan dengan nada pesimis mencerminkan kelelahan sosial, keresahan ekonomi, dan ketidakpercayaan terhadap sistem. Namun, di balik ekspresi negatif itu, muncul solidaritas digital, ruang bagi generasi Z untuk saling memvalidasi emosi dan mengekspresikan kritik sosial dengan bahasa simbolik.

Kenapa Kabur Aja Dulu
Hasil Riset Tujuan 1 : Analisis Sentimen

Lebih jauh, analisis konten menunjukkan pergeseran makna tindakan “kabur”. Sebelumnya, makna bersifat personal dengan maksud mencari peluang hidup yang lebih baik. Setelah viral, makna tersebut bergeser menjadi ekspresi kolektif yang dipengaruhi oleh latar sosial dan politik yang menekan, menjadi bentuk suara bersama terhadap kondisi sosial. Generasi Z tidak lagi bertindak sebagai individu yang berdiri sendiri, melainkan sebagai komunitas digital yang menggunakan media sosial sebagai wadah untuk saling mendukung, berbagi keresahan, dan memperkuat rasa solidaritas.

Tujuan 2 : Push-Pull Factors dan Aspirasi Migrasi Generasi Z

Tujuan kedua dianalisis melalui Focus Group Discussion (FGD) dan in-depth interview dengan partisipan Generasi Z. Data diolah dengan analisis tematik yang menelusuri lima dimensi utama: push factors, personal factors, pull factors, intervening obstacles, dan digital-cultural agency.

Kenapa Kabur Aja Dulu
Hasil Riset Tujuan 2 : Analisis Tematik

Hasil menunjukkan bahwa aspirasi migrasi generasi Z bukan disebabkan satu faktor tunggal, tetapi hasil negosiasi antara tekanan struktural dan pencarian makna personal. Faktor pendorong utama meliputi ketidakpastian ekonomi, meritokrasi yang lemah, dan kelelahan emosional terhadap sistem sosial. Sebaliknya, faktor penarik berasal dari citra negara tujuan yang dianggap lebih adil, terbuka, dan menghargai kompetensi. Media sosial memperkuat persepsi ini melalui narasi keberhasilan dan gaya hidup global.

Sementara itu, faktor personal mengubah makna migrasi dari pelarian menjadi refleksi diri dan aktualisasi potensi. Hambatan struktural seperti birokrasi visa yang rumit, biaya mahal, dan lemahnya paspor Indonesia membuat aspirasi ini sering berhenti di ranah simbolik, tetapi tidak menghilangkan makna sosialnya. Akhirnya, media sosial berperan sebagai ruang validasi kolektif, tempat anak muda menemukan solidaritas, inspirasi, dan dukungan emosional dalam menghadapi realitas sosial yang tidak ideal.

Tujuan 3 : Rekomendasi Strategi Kebijakan dalam Menghadapi Tantangan Brain Drain pada Generasi Z

Pada tujuan ketiga, kami menggunakan survei Delphi sebanyak dua putaran dengan melibatkan diaspora, akademisi, pakar komunikasi, dan pejabat publik untuk merumuskan strategi menghadapi potensi brain drain. Proses ini menghasilkan konsensus tematik mengenai pemaknaan dan arah kebijakan terkait fenomena #KaburAjaDulu.

Kenapa Kabur Aja Dulu
Hasil Riset Tujuan 3 : Survei Delphi

Mayoritas informan ahli memaknai “kabur” bukan sebagai bentuk pelarian, melainkan cara untuk mengembangkan diri sekaligus menyuarakan kritik terhadap sistem yang dirasa menekan. Hasil ini menunjukkan bahwa tindakan “kabur” tidak lagi sekadar reaksi spontan, tetapi telah bergeser menjadi tindakan reflektif dan bermakna, yakni upaya mencari pengalaman dan pengetahuan baru untuk kemudian kembali berkontribusi bagi bangsa. Perubahan ini menggambarkan transformasi dari brain drain (hilangnya tenaga profesional) menjadi brain gain (meningkatnya tenaga profesional).

Kenapa Kabur Aja Dulu
Hasil Riset Tujuan 3 : Survei Delphi

Melalui proses konsensus tersebut, disepakati lima arah kebijakan utama, meliputi: mendorong kesejahteraan dengan peningkatan gaji dan insentif layak bagi tenaga kerja; perluasan akses lapangan kerja berbasis talenta muda; reformasi pendidikan; reformasi regulasi dan rekrutmen bebas KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme); serta kolaborasi dengan diaspora sebagai jembatan sirkulasi ilmu dan jejaring global. Temuan ini menegaskan bahwa #KaburAjaDulu bukan ajakan pergi, melainkan refleksi generasi Z untuk mencari cara baru membangun bangsanya. Rekomendasi kebijakan ini memerlukan kerja sama lintas kementerian dalam mendorong upaya pengembangan kapasitas dan keahlian generasi muda Indonesia menjadi lebih unggul.

© 2025 GenKaburAjaDulu - All Rights Served